Indramayu Berinovasi: Limbah Biji Mangga Diolah Menjadi Bioetanol untuk Hand Sanitizer

Indramayu Berinovasi: Limbah Biji Mangga Diolah Menjadi Bioetanol untuk Hand Sanitizer

Indramayu, sebagai salah satu daerah penghasil mangga terbesar di Jawa Barat, terus berinovasi untuk memanfaatkan kekayaan alamnya. Dengan berbagai varietas mangga seperti gedong gincu, harum manis, cengkir, golek, hingga manalagi, daerah ini selama ini memanfaatkan mangga untuk konsumsi buah segar dan produk olahan seperti dodol. Namun, limbah biji mangga yang melimpah sering kali hanya dibuang atau digunakan sebagai bibit. Melihat potensi besar kandungan pati dalam biji mangga, tim peneliti dari Politeknik Negeri Indramayu menemukan cara untuk mengolah limbah ini menjadi bioetanol, yang dapat digunakan sebagai bahan dasar antiseptik dalam pembuatan hand sanitizer.

Ketua Peneliti, Leo Van Gunawan, menyatakan, “Biji mangga mengandung sekitar 81,3% pati setiap 100 gramnya. Melalui proses penelitian yang komprehensif, kami berhasil mengolah pati ini menjadi bioetanol dengan kadar mencapai 74% setelah proses destilasi bertingkat. Bioetanol ini kemudian kami manfaatkan untuk memproduksi hand sanitizer, sebuah inovasi yang tidak hanya mendukung pemanfaatan limbah tetapi juga relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama di masa pasca-pandemi.”

Proses produksi hand sanitizer dari bioetanol biji mangga melibatkan beberapa tahapan utama, yaitu liquifikasi, sakarifikasi, fermentasi, destilasi, pengujian kadar bioetanol, serta formulasi hand sanitizer dengan campuran glycerin 99,7%, H2O2 3%, dan aquadest steril. Pengujian efektivitas hand sanitizer ini dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus menggunakan metode disk difussion.

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa hand sanitizer yang kami produksi mampu menghasilkan diameter zona hambat sebesar 6 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan kriteria Davis dan Stout, efektivitas ini tergolong sedang. Meski demikian, ini menjadi langkah awal yang penting dalam membuktikan bahwa bioetanol dari limbah biji mangga dapat menjadi alternatif pengganti alkohol dalam antiseptik,” jelas Leo.

Penelitian ini juga menjadi wujud komitmen Politeknik Negeri Indramayu untuk mendukung penelitian terapan yang memiliki dampak langsung bagi masyarakat. Anggota peneliti, Muhammad Ghozali, menambahkan bahwa penelitian ini diharapkan tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi, tetapi juga membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut.

“Kami menargetkan luaran penelitian ini pada publikasi di Jurnal Buana Farma yang terakreditasi Sinta 5. Selain itu, kami berharap dapat mengangkat potensi Indramayu sebagai daerah inovatif yang memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal,” ungkap Evi Supriatun, anggota tim peneliti lainnya.

Dengan dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi melalui skema Penelitian Dosen Pemula, penelitian ini juga berupaya mencapai Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) yang membuktikan fungsi bioetanol sebagai antiseptik.

“Pemanfaatan limbah biji mangga ini sejalan dengan visi kami untuk menciptakan solusi berkelanjutan yang mendukung pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan. Kami berharap penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam mengolah limbah menjadi produk bernilai tinggi,” tutup Leo Van Gunawan.

Indramayu kini tidak hanya dikenal sebagai penghasil mangga unggulan, tetapi juga sebagai pionir inovasi di bidang pemanfaatan limbah. Dengan upaya seperti ini, potensi alam Indramayu dapat terus dimaksimalkan untuk kebaikan bersama.

Agenda Terbaru

Seminar Nasional Kesehatan MasyarakatHASIL VERIFIKASI DATA AKADEMIK DAN EKONOMI PENERIMAAN MAHASISWA BARU JALUR SNBP TAHUN AKADEMIK 2025/2026

Seminar Nasional Kesehatan MasyarakatHASIL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU JALUR SNBP DAN UNDANGAN VERIFIKASI DATA AKADEMIK DAN EKONOMI TAHUN AKADEMIK 2025/2026

Seminar Nasional Kesehatan MasyarakatPENGUMUMAN HASIL SNBP POLINDRA 2025

Berita & Artikel