Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) kembali membuktikan komitmennya dalam melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, salah satunya melalui program pengabdian kepada masyarakat. Kali ini, inovasi terbaru datang dari Badruzzaman dan Azwar Amat, dua dosen Jurusan Teknik Prodi Perancangan Manufaktur Polindra, yang menciptakan mesin pengayak dedak tipe rotary untuk membantu pelaku UMKM pengolah pakan ternak di Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu.
Inovasi ini bermula dari kesulitan yang dialami pelaku UMKM di daerah tersebut dalam mengolah dedak untuk pakan ternak. Proses konvensional yang selama ini digunakan mengharuskan mereka melibatkan dua mesin terpisah, yaitu mesin pengayakan dan mesin pengipasan. Proses ini dinilai kurang efektif, memakan waktu, dan membutuhkan ruang yang cukup besar. Untuk itu, para dosen Polindra menciptakan mesin yang mampu menyatukan dua fungsi tersebut dalam satu perangkat, sehingga lebih efisien dan efektif.
“Mesin pengayakan tipe rotary ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas industri pengolahan pakan ternak di Kabupaten Indramayu,” ujar Badruzzaman kepada awak media pada Senin, 30 Desember 2024. Menurutnya, mesin ini mampu memisahkan dedak halus, dedak kasar, dan menir secara otomatis hanya dengan satu alat, sehingga waktu produksi menjadi lebih singkat dan kualitas produk lebih konsisten.
Proses pembuatan mesin ini melibatkan identifikasi permasalahan, studi literatur, observasi, desain, simulasi, pembuatan, perakitan, uji coba, serta pelatihan penggunaannya kepada pelaku UMKM. Dalam proses ini, Badruzzaman dan Azwar Amat juga melibatkan dua mahasiswa untuk mendukung perancangan dan pengembangan mesin.
Mesin pengayak dedak tipe rotary ini memiliki dimensi rangka panjang 2100 mm × lebar 790 mm × tinggi 1250 mm, dengan bahan utama berupa besi siku ASTM A36. Mesin ini dilengkapi motor listrik 1 phase berdaya 1 HP dengan putaran motor 2800 rpm yang ditransmisikan melalui v-belt ke gearbox dengan rasio 1:10, menghasilkan putaran 280 rpm. Berdasarkan uji performa, mesin ini mampu memisahkan dedak kasar sebesar 54 persen, dedak halus 35,4 persen, dan menir 10,6 persen. Proses pemisahan dedak seberat 5 kg hanya membutuhkan waktu 3,09 menit, sehingga kapasitas mesin mencapai 97 kg/jam.
“Proses pembuatan produk telah melalui dua tahap uji mesin, yaitu uji fungsi dan uji performa. Semua komponen dinyatakan berfungsi dengan baik, dan hasil pemisahan dedak telah memenuhi standar yang diharapkan,” jelas Badruzzaman.
Azwar Amat menambahkan, program pembuatan mesin ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Polindra. Ia berharap mesin ini dapat menjadi solusi bagi UMKM pengolah pakan ternak di Kabupaten Indramayu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi.
“Dengan adanya mesin ini, pelaku UMKM tidak lagi harus menggunakan banyak mesin. Mereka dapat menghemat ruang dan waktu produksi, sehingga fokus pada peningkatan kapasitas dan distribusi produk,” ujar Azwar Amat.
Selain membantu pelaku UMKM, program ini juga menjadi wadah pembelajaran bagi mahasiswa Polindra dalam menerapkan ilmu yang mereka pelajari. Kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dalam proyek ini menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi dapat memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
Polindra berharap keberhasilan program ini dapat menjadi inspirasi bagi jurusan dan program studi lainnya untuk berkontribusi dalam pengembangan masyarakat. Program pengabdian seperti ini juga diharapkan mampu menjadi model bagi daerah lain dalam menciptakan solusi berbasis teknologi untuk meningkatkan produktivitas UMKM.
Melalui inovasi ini, Polindra sekali lagi menunjukkan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan pembangunan daerah. Program-program seperti ini tidak hanya memperkuat hubungan antara kampus dan masyarakat, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal secara berkelanjutan.