Penelitian Briket Alternatif: Solusi Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil dan Peluang Pasar Ekspor

Penelitian Briket Alternatif: Solusi Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil dan Peluang Pasar Ekspor

Seiring dengan meningkatnya penggunaan energi bahan bakar setiap tahunnya, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga pasokan cadangan bahan bakar fosil yang semakin menipis. Sebagai solusi atas permasalahan ini, tim peneliti dari Politeknik Negeri Indramayu, Politeknik Negeri Bandung, dan Politeknik Negeri Jakarta melakukan penelitian tentang bahan bakar alternatif berbasis biomassa. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan limbah pertanian dan industri untuk menciptakan briket sebagai alternatif bahan bakar minyak.

Di tingkat global, permintaan terhadap briket sebagai sumber energi alternatif terus meningkat, terutama untuk pasar ekspor. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya bertujuan mengurangi limbah dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor yang semakin berkembang.

Ketua penelitian, Yusup Nur Rohmat, bersama tim yang terdiri dari Tito Endramawan dan Wardika dari Politeknik Negeri Indramayu, serta Prof. Ir. Sumeru dari Politeknik Negeri Bandung dan Imam Basori dari Politeknik Negeri Jakarta, melakukan penelitian dengan skema “Penelitian Kerjasama Dalam Negeri” yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi.

“Dalam penelitian ini, kami mengembangkan briket dengan bahan dasar arang batok kelapa dan serbuk kayu mahoni dalam beberapa perbandingan, yaitu 30:70, 50:50, dan 70:30. Hasil uji laju pembakaran menunjukkan bahwa briket dengan perbandingan 70:30 memiliki laju pembakaran sebesar 1,7232 gram per menit. Hal ini disebabkan oleh kandungan perekat alami dalam arang batok kelapa yang tinggi, sehingga memberikan volume dan kerapatan lebih besar dibandingkan dengan spesimen lainnya,” ungkap Yusup Nur Rohmat.

Lebih lanjut, penelitian ini juga menguji nilai kalor pembakaran briket yang berkisar antara 1.782,27 Joule hingga 2.123,184 Joule. Dari hasil tersebut, briket dengan komposisi arang batok kelapa yang lebih tinggi memiliki nilai kalor tertinggi. “Semakin tinggi komposisi tempurung kelapa dalam briket, semakin tinggi pula nilai kalornya, sehingga lebih efisien sebagai bahan bakar alternatif,” tambahnya.

Penelitian ini dilakukan dengan mengoptimalkan mesin pencetak briket menggunakan metode Screw Conveyor dan Press Engkol. Dengan metode ini, diharapkan produksi briket dapat dilakukan secara lebih efisien dan dalam jumlah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif baik di dalam negeri maupun pasar ekspor.

Keberhasilan penelitian ini diharapkan dapat membuka peluang besar bagi pengembangan bahan bakar alternatif berbasis limbah di Indonesia. Selain berkontribusi dalam mengurangi dampak lingkungan akibat limbah pertanian dan industri, inovasi ini juga berpotensi mendukung keberlanjutan energi nasional serta meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional.

Agenda Terbaru

Seminar Nasional Kesehatan MasyarakatWebinar” Sarana dan Layanan Umum Kampus

Seminar Nasional Kesehatan MasyarakatWebinar ” Informasi Pendaftaran KIP-KUIAH Calon Mahasiswa Baru”

Seminar Nasional Kesehatan MasyarakatTahapan Registrasi Akun SNPMB Bagi Siswa

Berita & Artikel