Penerapan Teknologi Air Blast Freezer untuk Memperpanjang Umur Simpan Puree Mangga
Tim peneliti yang terdiri dari Ketua Peneliti Wardika, Anggota Peneliti Aa Setiawan, dan Yudhy Kurniawan, dosen Program Studi Diploma III Teknik Pendingin dan Tata Udara Politeknik Negeri Indramayu (Polindra), berhasil melakukan penelitian terhadap penerapan teknologi Air Blast Freezer (ABF) dalam pembekuan puree mangga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk memperpanjang umur simpan produk olahan mangga, terutama pada saat pasca-panen.
Mangga, yang dikenal sebagai buah kaya vitamin dan mineral, memiliki tantangan besar dalam hal umur simpannya yang singkat. Hal ini disebabkan oleh kandungan air yang tinggi, yang membuat mangga mudah rusak. Kerusakan pasca-panen ini kerap menyebabkan kerugian besar selama musim panen utama serta penurunan harga jual mangga.
“Mangga merupakan salah satu komoditas unggulan, tetapi kerentanannya terhadap kerusakan menjadi tantangan besar. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan lebih lanjut agar nilai ekonominya tetap tinggi,” ujar Wardika dalam wawancara dengan tim media.
Proses pengolahan mangga menjadi puree dinilai sebagai salah satu solusi efektif untuk menjaga kualitas produk. Puree mangga dapat bertahan lebih lama dibandingkan buah segar dan digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai industri makanan. Namun, umur simpan puree ini sangat bergantung pada metode penyimpanan yang digunakan.
Penelitian tentang Air Blast Freezer
Teknologi Air Blast Freezer (ABF) dipilih sebagai solusi dalam proses pembekuan puree mangga. Metode pembekuan cepat ini menggunakan kipas untuk mendistribusikan udara dingin secara efisien, memastikan suhu yang merata di seluruh permukaan produk. Teknologi ini tidak hanya membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme selama proses pasca-panen, tetapi juga mempertahankan tekstur, warna, dan nutrisi puree mangga lebih baik dibandingkan metode pembekuan lambat.
“Pembekuan cepat dengan Air Blast Freezer sangat efektif dibandingkan metode lain seperti pembekuan statis atau nitrogen cair. Metode-metode tersebut cenderung membentuk kristal es besar yang dapat merusak struktur produk,” jelas Aa Setiawan.
Penelitian yang dilakukan oleh tim Polindra ini juga mengkaji tiga variasi kecepatan kipas evaporator pada sistem ABF: kecepatan rendah, sedang, dan tinggi. Hasilnya menunjukkan bahwa laju aliran udara yang dihasilkan oleh kipas sangat memengaruhi kinerja sistem pendinginan. Dengan suhu target -18 °C, teknologi ini mampu menjaga puree mangga tetap beku tanpa merusak kualitasnya.
Hasil Penelitian dan Potensi Industri
Berdasarkan hasil penelitian, puree mangga yang dipasteurisasi pada suhu 65 °C dan disimpan pada suhu 7 °C memiliki umur simpan terpanjang, yaitu hingga 11,2 bulan. Sebaliknya, puree yang disimpan pada suhu 30 °C hanya memiliki umur simpan 0,95–1,1 bulan.
“Hasil ini membuka peluang besar bagi industri makanan untuk memanfaatkan teknologi ABF dalam mengolah mangga menjadi produk yang lebih bernilai. Dengan penyimpanan yang tepat, kita dapat menjaga kualitas produk hingga mendekati satu tahun,” tambah Yudhy Kurniawan.
Selain itu, teknologi ini diharapkan dapat membantu para petani dan pelaku usaha kecil menengah (UKM) dalam meningkatkan nilai tambah mangga lokal, terutama di wilayah Indramayu yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil mangga terbesar di Indonesia.
“Kami berharap teknologi ini bisa segera diadopsi oleh industri lokal. Dengan begitu, kerugian pasca-panen dapat diminimalkan, dan nilai jual mangga tetap terjaga bahkan di luar musim panen,” tutup Wardika.
Penelitian ini tidak hanya memberikan solusi praktis untuk industri, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam mendukung pengembangan teknologi tepat guna di bidang pertanian dan pangan. Ke depannya, tim peneliti Polindra akan terus mengembangkan inovasi-inovasi serupa yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.